Pangandaran, 23 Juni 2025
“Tidak ada yang lebih mulia daripada hidup yang diniatkan untuk ibadah, seperti mengabdikan hidup kita untuk kesehatan sesama. Setiap pemeriksaan parameter, setiap hasil yang kita keluarkan, adalah doa dan harapan bagi kehidupan yang lebih baik.”
Di balik setiap hasil laborarorium yang menentukan hidup-mati seseorang, ada mata yang tak pernah lelah mengawasi, telinga yang selalu siaga mendengar, dan tangan yang tak henti bekerja. Itulah Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) Regional—garda terdepan yang sering tak terlihat, namun dampaknya menggema hingga ke pelosok nusantara.
Sebelum saya bahas tema ini lebih lanjut, perlu disampaikan bahwa pandangan yang disampaikan adalah murni pribadi, bukan mencerminkan kebijakan atau mewakili kantor Loka Labkesmas Pangandaran. Apa yang saya sampaikan adalah gabungan pengalaman, mimpi, dan keinginan yang mencoba menerjemahkan sejarah lahirnya Labkesmas berdasarkan bacaan dan renungan dari lapangan selama ini.
Mengapa Labkesmas Regional Begitu Vital?
Empat pilar menjadi pondasi pentingnya keberadaan Labkesmas Regional. Pertama, sebagai garda terdepan kesehatan masyarakat. Kita adalah mata dan telinga sistem kesehatan nasional yang mendeteksi ancaman kesehatan sejak dini.
Kedua, menjadi tulang punggung surveilans. Setiap data yang kita hasilkan menjadi dasar kebijakan kesehatan yang berdampak pada jutaan nyawa.
Ketiga, berperan sebagai jembatan penghubung yang menghubungkan kebijakan nasional dengan implementasi di tingkat daerah melalui bimbingan teknis berkualitas.
Keempat, berfungsi sebagai benteng pertahanan. Kita menjadi garis depan yang tidak tergantikan dalam diagnosis dan pencegahan penyakit.
Labkesmas merupakan pintu masuk dalam penguatan sistem kesehatan. Dengan menjalankan fungsinya, terutama Labkesmas Tier 4 (Regional) memiliki peran penting dan strategis dalam mendukung sistem kesehatan nasional, terutama dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Caranya bisa melalui penguatan sistem deteksi dini yang lebih sensitif dan akurat, kesiapan menghadapi wabah dan pandemi, integrasi data laboratorium untuk pengambilan keputusan yang lebih baik, serta kontribusi nyata terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Kehadiran setiap orang di Labkesmas memiliki peran sentral dan strategis untuk dimaksimalkan sesuai peran masing-masing. Baik tenaga teknis maupun manajemen harus bersinergi membangun harmonisasi toleransi di tengah peran dan perbedaan yang ada.
Ruang di Antara Perbedaan
Melihat pentingnya keberadaan Labkesmas Regional, tidak berlebihan bila setiap kita harus menempatkan toleransi di atas setiap perbedaan dengan memaksimalkan potensi yang ada.
Toleransi adalah jembatan yang menghubungkan pulau-pulau perbedaan dalam lautan kemanusiaan yang satu. Toleransi bukanlah kelemahan jiwa, melainkan kekuatan tertinggi yang memungkinkan manusia menemukan kebenaran di balik keragaman.
Ada sebuah cerita yang patut kita renungkan. Di sebuah kebun yang subur, tumbuh berbagai jenis pohon—mangga, jambu, nangka, dan rambutan. Seorang tukang kebun bijaksana tidak pernah memaksa pohon mangga berbuah jambu, atau pohon nangka menghasilkan rambutan.
Ia memahami bahwa keindahan kebun justru terletak pada keragaman buah yang dihasilkan. Setiap pohon diberi ruang untuk tumbuh sesuai kodratnya, disiram dengan air yang sama, dipupuk dengan kasih sayang yang setara.
Hasilnya? Kebun yang tak hanya indah dipandang, tetapi juga memberikan hasil berlimpah bagi siapa saja yang datang berteduh.
Inilah metafora yang tepat ketika menjelaskan prinsip toleransi dalam mencapai kesuksesan di Labkesmas. Toleransi bukanlah sekadar sikap pasif yang menerima perbedaan, melainkan kebajikan aktif yang memungkinkan seseorang mengekstrak kebijaksanaan dari keragaman pandangan, kepercayaan, dan cara hidup orang lain.
Ada hikmah dari cerita tersebut dalam membangun Labkesmas Regional yang profesional, terdepan, dan bermanfaat, yaitu setiap kita harus menerapkan prinsip toleransi dalam mencapai kesuksesan. Setiap kita harus menghargai, menempatkan sesuatu pada tempat yang bijak tanpa meremehkan, atau bahkan memaksakan diri di luar kapasitas dan potensinya.
Menuju Labkesmas Regional Bermanfaat
Agar keberadaan Labkesmas Regional bermanfaat bagi masyarakat sesuai fungsinya, kita harus menerapkan rumus: “BERMANFAAT = Mentor + Coach + Inspirator”. Jadilah mentor, coach, dan sekaligus inspirator yang baik.
Apa yang harus dilakukan Labkesmas Regional untuk mencapai hal itu?
Pertama, memiliki kemampuan mentoring dengan membimbing dan mengembangkan SDM laboratorium di tingkat bawahnya. Kedua, transfer knowledge dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman secara sistematis.
Ketiga, menjadi problem solver yang membantu menyelesaikan masalah teknis dan manajerial. Keempat, memberikan inspirasi berkelanjutan sebagai role model yang memotivasi orang lain untuk berkembang.
Pengalaman saya ketika road show ke beberapa daerah seperti Kabupaten Indramayu, Kota Banjar, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut, dan daerah lainnya menunjukkan bahwa hal-hal tersebut dapat dilakukan sekaligus lewat kegiatan Pengelolaan Integrasi Data dan Analisis Data (Fungsi ke-4) pada Labkesmas Tier 1 dan 2.
Bahkan hanya dari kegiatan tersebut, lewat komunikasi yang baik, kita bisa berkembang menjadi dukungan untuk surveilans penyakit dan faktor risiko kesehatan serta respon KLB (Fungsi ke-3), hingga membangun komunikasi dengan pemangku kepentingan (Fungsi ke-5) berupa ide pengambilan keputusan yang berbasis data dan masalah lokal spesifik dari daerah tersebut.
Komitmen Personal yang Harus Kita Bangun
Komitmen terhadap Diri Sendiri: Belajar sepanjang hayat sebagai gaya hidup, investasi berkelanjutan dalam pengembangan diri, menjaga keseimbangan antara karir dan kehidupan pribadi, serta merawat kesehatan fisik dan mental sebagai modal utama.
Komitmen terhadap Tim: Semangat kerja sama dan saling mendukung, berbagi ilmu dan pengalaman tanpa pamrih, menghargai kontribusi setiap anggota tim, dan mengutamakan keberhasilan bersama di atas pencapaian individu.
“Kebesaran sejati bukanlah pada tidak pernah jatuh, tetapi pada kemampuan bangkit setiap kali terjatuh. Mari kita jatuh cinta pada proses pembelajaran, bangkit dari setiap tantangan, dan menjadi lentera bagi mereka yang masih dalam kegelapan. Karena warisan terbesar yang dapat kita tinggalkan adalah generasi SDM laboratorium yang lebih baik dari kita.”
Yakinlah, bersama kita kuat, bersama kita berdampak, bersama kita abadi dalam karya dan pengabdian. Aamiin!
Arda Dinata, SKM., MPH., Tenaga Sanitasi Lingkungan Ahli Muda & Kepala Instalasi Sampling, Media, Reagensia, dan Sterilisasi/SMRS di Loka Labkesmas Pangandaran