Text
Analisis Perbedaaan Kematian Larva Aedes aegypti Dengan Menggunakan Abate dan Bactivec di Wilayah Kerja Puskesmas Pangandaran
Abstrak. Pengendalian vektor DBD dengan cara kimiawi menggunakan ABATE sudah berjalan di Indonesia dari sejak tahun 1976 (Felix, 2008), Pada tahun 2015 larvasida BACTIVEC masuk ke wilayah Pusksmas Pangandaran. Wilayah kerja Puskesmas Pangandaran termasuk wilayah yang endemis DBD karena setiap tahunnya mengalami kenaikan kasus DBD. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan kematian larva Aedes aegypti dengan menggunakan larvasida ABATE dan BACTIVEC di wilayah kerja Puskesmas Pangandaran. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan rancangan post test with control group design. Sampel pengujian sebanyak 360 ekor larva nyamuk Aedes aegypti yang diambil dari wilayah Puskesmas Pangandaran. Analisis bivariat dengan uji statistik kruskal wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kematian larva Aedes aegypti dengan menggunakan larvasida ABATE (100 mg/L) sebanyak 15,7 ekor atau 78% dari 6 kali replikasi, larvasida BACTIVEC (0,02 ml/L) sebanyak 19,6 ekor atau 98% dari dari 6 kali replikasi dan untuk kontrol tidak kematian dari 10 jam pengamatan. Hasil uji statistik menunjukkan p-value = 0,00 artinya ada perbedaan kematian larva Aedes aegypti dengan menggunakan larvasida ABATE dan BACTIVEC di wilayah kerja Puskesmas Pangandaran. Kesimpulannya ada perbedaan kematian larva Aedes aegypti dengan menggunakan larvasida ABATE dan BACTIVEC di wilayah kerja Puskesmas Pangandaran. Saran yaitu Bagi Puskesmas Pangandaran penelitian ini dapat menjadi masukan bahwa penggunaan larvasida ABATE dan BACTIVEC masih relevan digunakan di wilayah kerja Puskesmas Pangandaran.
No other version available