Text
Kesintasan Larva Aedes albopictus Skuse Akibat Pemberian Ekstrak Air Kulit jengkol (Pithecellobium Lobatum benth)
Pengendalian vector DBD dan cikungunya umumnya menggunakan insektisida sintetik, namun penggunaan insektisida tersebut memiliki kekurangan salah satunya yaitu resisten terhadap organism target dan menyebabkan dampak negative terhadap manusia dan lingkungan. Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai alternative untuk pengendalian vector DBD dan cikungunya karena mengandng senyawa allelokimia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui toksisitas dan konsentrasi lethal (50) (LC50) ekstrak air kulit jengkol terhadap kesintasan larva aedes albopictus. Metode penelitian yang digunakana dalah eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan untuk penentuan LC50 menggunakankonsentrasi 50%, 40%, 20%, 10%, 5% dan control (o%) masing-masing dengan 3 kali ulangan. Larva yang mati setelah 24 jam dicatat kemudian dihitung nilai LC50 dengan analisis probit. Perlakuan untuk melihat kesintasan menggunakan konsentrasi 36%, 18%, 9%, dan kontril (0%). Setiap tahapan instar dilakukan perhitungan jumlah larva yang mati, berkembang, lama masa larva dan larva yang terhambat. Data dianalisis menggunakanuji F bila terdapat perbedaan nyata antar perlakuan yang dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan yang dicobakan menyebabkan kematian 50% larva instar I A. Albopictus pada konsesntrasi 17,76% setelah 24 jam perlakuan . ekstrak air kulit jengkol pada konsentrasi 9%, 18%, dan 36% yang diujikan dapat menurunkan persentase kesintasan Larva A. albopictus dibanding kontrol dengan presentase 72%, 60%, dan 20%.
No other version available